Islamisasi Pusat Kesadaran Manusia (jejakbaca)-Sebuah goresan pena untuk mengabadikan kilasan-kilasan makna dan jejak baca.
Modernitas, secara langsung atau tidak, diakui atau tidak, perlahan-lahan mengubah kesadaran manusia. Kesadaran manusia akan pentingnya nilai-nilai keislaman sebagai dimensi kehidupan perlahan-lahan memudar digoncangkan oleh ilmu pengetahuan modern dan budaya serta gaya hidup barat yang sekularis, yakni sebuah gaya hidup yang semakin menjauh dari nilai-nilai agama dan kebajikan moral manusia.
Keislaman seseorang, juga mulai membuai mereka hanya sebatas pada identitasnya sebagai muslim, namun perilaku dan kesadaran mereka telah bergeser dari nilai-nilai keislaman yang sesungguhnya. Sehingga tampak wajar kita temui masyarakat muslim yang perilaku dan moralnya sangat jauh dari tuntunan islam.
Nama Muslim semata tanpa substansi dan nilai praksis dalam kehidupan konkret tidak akan menolong keadaan. Kita tidak dapat menjadikan Tuhan sebagai jaminan, sementara kita hanyut dalam kelengahan dan ketertipuan. Sebab dimensi islam sebagai solusi atas semua masalah hidup haruslah terwujud secara nyata dalam tindakan dan setiap tarikan nafas manusia. Sedemikian sehingga nilai-nilai sekular yang menjauhkan manusia dari inti keislaman mesti dikikis habis dan tak boleh membuat manusia terpukau. Keterpukauan manusia pada ilmu pengetahuan yang serba materi, serba empiris, perlahan-lahan akan membuat manusia mulai melupakan dimensi lain yang non material, yakni dimensi ruhani yang puncaknya adalah iman kepada hari akhir.
Orang-orang yang mengalami ketertipuan ini telah dilukiskan dalam al-Qur’an surat Ar-Rum, “Mereka hanya mengenal sisi luar dari kehidupan dunia, sedangkan terhadap al-akhirat mereka tidak hirau.” Persoalan jujur, adil, ataupun curang tidak lagi menjadi pertimbangan yang begitu penting. Tidak lagi menjadi nilai yang harus dikedepankan. Mereka tidak lagi merasa bahwa akan ada hari pembalasan, dan segala sesuatu di akhirat akan ada hisab. Segala sesuatu dipandang hanya saat ini, di dunia saja, dan hanya perkara dunia saja. Inilah pola hidup sekularis dalam bentuknya yang konkret.
Islamisasi Pusat Kesadaran Manusia, mengapa yang perlu diislamkan adalah pusat kesadarannya, bukan sesuatu yang lain? Sebab islam, dimensinya telah mencakup pada idealisme, gerak hidup yang mendasari tingkah dan moral manusia. Betapapun segalanya kecuali kesadaran, diislamkan atau tidak, tidak akan terlalu berpengaruh pada denyut kehidupan. Namun kesadaran dapat mempengaruhi cara pandang manusia terhadap kehidupan. Oleh karena itu yang perlu diislamkan adalah pusat kesadaran dan kekuatan intelektual manusia—untuk menghadapi modernitas yang semakin sekularis dan melupakan nilai-nilai keislaman—, bukan cabang-cabang ilmu tertentu.
Dan yang perlu diingat bahwasannya, dalam perpektif islam, ilmu buakn semata-mata untuk ilmu, ilmu adalah untuk bertindak. Sebab kritik dan pertimbangan terhadap tradisi pemikiran islam dan tradisi pemikiran modern bukanlah tujuan, melainkan barulah langkah pertama untuk menemukan ilmu pengetahuan baru yang merupakan tujuan yang sesungguhnya dari intelektualisme islam.
Lebih jauh, apakah agama, sikap relijius dan nilai-nilai islam adalah jawaban atau suatu hal yang akan mampu menjawab semua persoalan di kehidupan modern yang semakin hari kita lihat semakin rusak dan kacau? Jika tidak, lalu apa?
Demikian saya Andy Riyan dari Desa Hujan.